Sebagai seorang
mama yang jam kerjanya 24 jam non stop, kita perlu take a break sebentar.
Ibaratnya kita seperti handphone yang selalu aktif, pasti butuh untuk recharge
juga. Oleh karena itu kita perlu mengetahui me time yang possible dan
realistis, juga siapa yang bisa kita berikan tanggung jawab untuk mengasuh anak
selagi kita menikmati me time.
Mencari support
system yang mendukung juga penting yaa mama, bukan saling menjatuhkan. Berbagi
complaint itu penting, artinya kita sedang mengekspresikan perasaan kita. Namun
jika keluhan yang terus menerus kita dengar tanpa adanya solusi, mungkin kita
harus mengevaluasi juga siapa sosok yang dapat membantu kita untuk memberikan
problem solving. Atau yang kita butuhkan hanya orang yang sabar mendengarkan.
Naah itu tergantung dengan kebutuhan kita.
Di era milenial
yang teknologi dan social media dapat diakses dengan mudah, mendapatkan
informasi merupakan sesuatu yang gampang kita dapatkan. Namun hati hati
terhadap kecenderungan kita untuk membandingkan diri, atau mendengarkan
komentar yang kurang sesuai dengan kita. Aware juga dengan mom-shaming. Dengan orang
yang mengatakan kita harus begini harus begitu dan sebagainya. mom-shaming yang
dilakukan oleh sesama mama adalah
satu bentuk seorang mama yang memvalidasi kemampuan pengasuhan mereka sendiri. Beberapa mama merasa
mereka perlu mempermalukan mama lain (mom-shaming) sehingga
mereka dapat merasa sedikit lebih baik atas cara pengasuhan mereka sendiri,
bahkan tanpa mereka sadari sekalipun. Tapi mom-shaming tidak hanya
dilakukan oleh sesama mama saja, kadang dilakukan oleh pasangan, orangtua,
mertua, yang merupakan keluarga kita. Mereka bisa berpotensi melakukannya,
apalagi netizen yang kita tidak kenal tapi tetap sangat berpotensi menyakiti.
Seseorang mama rentan melakukan mom-shaming ketika
bosan, lelah, marah, cemburu dengan mama yang lain, atau ketika mereka kurang
yakin dengan kapasitas sebagai mama sehingga merasa ingin mendapat pengakuan
oleh orang-orang di sekitar.
Perasaan ‘cemburu’ yang berlebihan juga sering memotivasi
kita mengutarakan komentar-komentar negatif di media sosial. Misalnya ketika
melihat postingan gambar seorang mama yang tampil cantik dengan pakaian renang
sedang bersantai di kolam renang. Mama yang merasa tidak memiliki kemewahan
serupa, baik keluangan waktu untuk merawat diri dan bersantai maupun
kelonggaran finansial, bisa tergelincir pada penghakiman. Si mama di dalam
gambar bisa dikata-katai suka berleha-leha, tak mengurus anak, dan seterusnya.
Rutinitas mengasuh anak memang sangat melelahkan. Terkadang rutinitas
itu membuat seorang mama kewalahan, sehingga ia hilang kepercayaan dirinya,
terlebih ketika anaknya mulai tidak mau mematuhi aturan yang dibuat. Nilai yang ingin
kita ajarkan dan gaya parenting kita juga tentunya berbeda beda. Sejauh dampaknya
positif, kita dapat menjalankan parenting dengan cara kita sendiri.
Menghabiskan waktu bersama orang-orang yang lebih menghargai
upaya kita dalam membesarkan anak adalah cara terbaik untuk menjaga diri kita
dari pelaku mom-shaming.
Tidak ada orangtua yang sempurna. Disadari atau tidak, semua
orangtua pernah membuat kesalahan. Namun, jika kalian terlanjur mendapat sikap
penghakiman, barangkali respons berbentuk lelucon bisa sesekali diambil.
Hal-hal yang dikatakan oleh para pengkritik ini bisa menjadi bahan tertawaan
menarik dalam tahun-tahun mendatang.
Jangan pernah
lupa, kalo setiap mama akan selalu memberikan yang terbaik untuk anak anaknya. Be
positive mom.
“ lebih baik diam
daripada menyakiti ”
Terimakasih sudah membaca dan mendukung aku. Jangan lupa
tinggalkan jejak di kolom komentar yaa. Be happy and see you bye bye –Avrin-
Mendukung banget gerakan say no to momshaming ini, sebagai sesama mom aku merasakan rasanya merasa bersalah pas anak sakit, terus di tambahin disalahin lg sama orglain ðŸ˜
ReplyDeleteNo mom shamming.. lbh baik diam drpada berkata buruk... smgt mom aq mndukung mu 100%!!
ReplyDeleteTulisannya bagus banget mom. Akussetuju dengan hal stop mom shaming ❤ semoga hal kaya gini bisa disebarkan lebih luas lagi kepada ibu ibu di Indonesia ya
ReplyDeleteAku setuju nih... justru menurutku hal2 yg memicu meningkatnya stres / kematian di dunia itu adalah body shamming / mom shamming. So plis stop doing that.
ReplyDeleteBetul banget moms aku setuju dengan tulisan moms, seharusnya kita sebagai ibu harus saling support satu sama lain. Kadang memang kecemburuan ada saat kita merasa sedang berada dititik bawah apalagi kalo sudah buka2 socmed, tapi lebih baik diam dan menenangkan diri daripada berkata yang tidak baik dan malah jadi menyakitkan yg lain.
ReplyDeletedan lebih seringnya mom shamming justru dari orang terdekat ya, mom. miris banget ini :((
ReplyDeleteAku terharu dan memang ini yang aku rasakan kadang. Balik lagi ke pikiran harus be positive
ReplyDeleteSeneng deh aku ada yg bahas tentang ini. Love banget
ReplyDeletesetuju bgt, kita sbg seorang mama hrsnya mendukung bukan malah menjatuhkan satu sama lain.. keep strong mama :)
ReplyDeletereminder banget Mom, kalau kondisi tiap orang berbeda-beda & punya caranya masing-masing. kita saling support bukan saling shaming ;)
ReplyDeleteSemangat, mom. Kalau kata psikolog yang aku teladani, mom shaming itu bukan masalah kalau kita, sebagai mom, fokus ke channel diri masing-masing. Jadi omongan orang ga akan memengaruhi kita karena kita berusaha untuk jadi pribadi yang terbaik versi kita sendiri :)
ReplyDeleteSetuju bgt Mom, semoga kita semua sadar betapa pentingnya menghargai perasaan Moms lain. Mending fokus ngurusin keluarga sendiri aja udah
ReplyDeleteSepakat banget loh aku mam.. Tetap semangat jadi ibu buat anak-anak dan terus fokus bahagia lupain omongan orang.. kita layak bahagia..
ReplyDeleteYes.. setuju bgt mom.. lebih baik diam daripada berbicara namun menyakitkan hati orang lain.
ReplyDeleteSetiap individu harus bahagia, setiapnibi harus bs mencintai dirinya. jalani dan urus hidup masing masing☺️
ReplyDeleteStop momshaming. Buat mom diluar sana kalian itu luar biasa dan gak perlu dengerin kata orang lain karena gak bakal ada habisnya
ReplyDelete